Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengutuk serangan senjata kimia di Suriah yang menewaskan puluhan orang. Trump pun menyalahkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tetapi tidak mengatakan respon yang akan diberikannya.

Trump mengatakan serangan di provinsi Idlib Suriah sebagai tindakan tercela dan tidak dapat diabaikan oleh dunia yang beradab. Ia pun kembali berusaha menyalahkan pendahulunya Barack Obama.

"Tindakan keji oleh rezim Bashar al-Assad adalah konsekuensi dari kelemahan dan keraguan administrasi lalu. Presiden Obama pada 2012 mengatakan bahwa ia akan membentuk 'redline' terhadap penggunaan senjata kimia dan kemudian tidak melakukan apa pun," kata Trump dalam sebuah pernyataan, disitat dari Reuters, Rabu (5/4/2017).

Ruang operasi Al-Bunyan al-Marsus dilanjutkan pada hari Minggu (12/3), pertempuran "Mout wala Mazallah" di provinsi Daraa, mampu membuat kemajuan dan mengambil alih daerah baru setelah pertempuran sengit berlangsung selama berjam-jam.

Koresponden ElDorar melaporkan bahwa ruang operasi menargetkan posisi pasukan rezim Suriah dari lingkungan Manshiya di kota Daraa, kemudian maju dan mengambil alih daerah paling strategis "Abu Raha" di mana milisi Assad bersembunyi di dalam lingkungan.

Kelompok mujahidin Suriah, Failaq Rahman mengumumkan pada Senin (20/03), bahwa sedikitnya 39 personel Rezim Assad tewas dalam serangan mendadak di timur laut Damaskus.

Tentara rezim dilaporkan memukul mundur serangan mujahidin. Namun, hal itu dibantah oleh jurnalis dan aktivis. Meskipun mereka mereka tidak mengungkapkan secara detail jalannya bentrokan yang sedang berlangsung untuk keselamatan pemberontak dan melindungi rencana serangan.

Sebelumnya pada hari Ahad, mujahidin merebut beberapa bangunan di Jobar sebelum maju ke wilayah Abbasiyah Square. Sementara itu, pesawat-pesawat tempur rezim terus melakukan serangan di pinggiran Damaskus lebih dari 40 serangan udara, yang menewaskan sedikitnya 13 warga sipil.

“Ada serangan udara intens sejak fajar pada posisi pejuang di Jobar saat serangan diluncurkan,” kata Rami Abdel Rahman, kepala Observatorium Suriah untuk HAM.

Abdel Rahman mengatakan tidak jelas apakah pasukan rezim atau sekutu Rusia mereka sedang melakukan serangan pada hari Senin di Jobar. Untuk diketahui, wilayah Jobar terbagi antara wilayah yang dikuasai mujahidin dan rezim, sebelum akhirnya diambil alih dalam serangan kali ini.

https://www.youtube.com/embed/KhYXBfAoYrQ

Di sisi lain, mujahidin juga menguasai beberapa titik kunci di zona industri yang terletak di antara Jobar dan distrik timur laut yang terkepung dari Qaboun ke utara. Serangan kali ini dilakukan bersama-sama antara mujahidin dari Ahrar Syam, Haiah Tahrir Syam, Faylaq Rahman, dan lainnya.

Turki menyatakan tidak akan menarik militernya dari Suriah meski telah menghentikan operasi militer sepihak. Foto/Istimewa

ANKARA - Turki mengatakan akan menjaga kehadiran militernya di Suriah meskipun secara resmi telah mengakhiri operasi militernya terhadap ISIS. Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh militer Turki.

“Kegiatan kami berjalan terus untuk perlindungan keamanan nasional kita, untuk mencegah entitas yang tidak diinginkan, untuk memungkinkan saudara dan saudari pengungsi Suriah kami kembali ke negara mereka, dan untuk menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan itu,” kata militer seperti dikutip dari al-Arabiya, Sabtu (1/4/2017).