Kitab Al-Adab Al-Mufrad bag. 1 - Ustadz Adi Hidayat, Lc, M.A

Kitab Al-Adab Al-Mufrad karya Imam Al-Bukhari adalah sebuah kitab yang membahas adab dan akhlak keseharian serta etika dalam berkehidupan. Kitab ini dikhususkan oleh Imam Al-Bukhari diluar dari kitab umumnya yang paling populer yaitu Sahih Al-Bukhari dengan membahas secara komprehensif tentang pelajaran-pelajaran terkait dengan etika, adab dan tuntunan moral kehidupan.

Misalkan, cara menjadi anak yang shalih dan berbakti kepada orang tua; Menjadi suami atau istri yang baik dan mulia; Menjadi warga atau masyarakat yang baik dan lain sebagainya. Akhlak dan adab pada diri seseorang adalah perkara yang sangat penting dan sangat diperhatikan dalam agama Islam. Kelurusan beribadah harus disertai dengan lurusnya akhlak dan adab. Bila kita memerhatikan sosok Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kita dapati beliau adalah seorang manusia yang memiliki budi pekerti sangat luhur,

memiliki akhlak dan adab yang sangat terpuji, dan telah digambarkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bagaimana indahnya akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: كَانَ خُلُقُهُ الۡقُرۡآنَ. “Akhlak beliau adalah Al Quran.” (HR Muslim). Sedangkan bagi umat yang tidak hidup dimasa Nabi, tentunya bisa mendapatkan suatu kemudahan untuk dapat mempelajari Akhlak dan Adab yang dicontohkan dan dituntun oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sangat mudah melalui buah pena karya Imam Al-Bukhari ini, Al-Adab Al-Mufrad.

Lantas seperti apakah isi dari Kitab Al-Adab Al-Mufrad tersebut? Mari kita simak kajian kitab Adabul Mufrad bersama Ustadz Adi Hidayat, Lc. MA dari Masjid Al-Muhajirin, Taman Permata Cikunir – Bekasi, Jawa Barat. ---***---

Other Videos

Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir.” Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara . Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat ter-tentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut. Sumber artikel: almanhaj.or.id/2168-definisi-qadha-dan-qadar-serta-kaitan-di-antara-keduanya.html

Mengaku Bermanhaj Salaf Tapi Tidak Berakhlak Salaf Pentingnya akhlak salaf sebelum mempelajari manhaj salaf. Banyak orang yang mengaku bermanhaj salaf namun tidak berakhlak salaf. Akhlak salaf bukan sekedar memperbaiki diri dan berbaik hati dengan sesama kelompoknya. Akhlak salaf lebih luas lagi cakupan muamalahnya terhadap umat melingkupi penempatan loyalitas dan disloyalitas. Jangan sampai kita memahami manhaj salaf tapi tumpul dengan akhlak salaf. Ilmunya tinggi tapi suka menyakiti hati tetangganya yang tidak sepaham.

Ada kalanya, ketika kita mulai memiliki kelebihan dari sebagian karunia Allah di dunia, akhirat yang kekal kita lalaikan. Bahkan cenderung dilupakan. Meskipun sudah kita ketahui dengan baik, perkara dunia itu selalu membuat kita menjauh sedikit demi sedikit dari tujuan kita hidup di dunia itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah Ta'ala. Lalu bagaimana caranya untuk tetap mengingat Allah Ta'ala, ditengah kesibukan diantara perkara-perkara dunia ini..?? Mari simak pemaparan Ustadz Syafiq Riza Basalamah, MA. berikut ini. Kajian ini berjudul "Mau Dibawa Kemana Diri Ini?", diselenggarakan pada tanggal 5 Desember 2015 bertempat di Mesjid Uswatun Hasanah, Pasar Baru Bandung.