Wanita mulia itu tak bisa berbuat  apa-apa lagi setelah sang suami mengatakan bahwa apa yang ia lakukan atas perintah Allah. Hanya tawakal yang tersisa.  Bersama anaknya Ismail yang masih bayi, ia ditinggal di tempat di mana tidak orang lain menjadi tempat bertanya dan meminta pertolongan.  Allah-lah yang menjadi tempat ia berlindung dan  bergantungnya. Tidak ada tempat tinggal yang bisa jadikan untuk berteduh dari panasnya sengatan matahari. Tidak ada fasilitas hidup yang mendukungnya kecuali alam yang keras.

Sepi, lengang, gersang. Beralaskan pasir dan bebatuan. Beratapkan langit dalam sengatan matahari yang terik. Namun Hajar tak mengeluh. Tak sedikit pun keluar dari bibirnya penyesalan karena telah menikah dengan Ibrahim , yang akhirnya harus ditinggal di tempat yang asing hanya berteman sang bayi. Hanya keyakinan bahwa ini adalah perintah Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya. Ia kuat dan tegar menjalani ujian tersebut.